Euforia Wisuda: Sebuah Keniscayaan Terhadap Kelulusan Mahasiswa



"gimana rasanya lulus setelah 9 tahun kuliah?""isin. diceluk pertama dewe pisan"

Momen wisuda menjadi momen yang paling penting dalam dinamika kehidupan mahasiswa. Menjadi seorang dengan lulusan sarjana atau diploma, menjadi kebanggan orangtua dan keluarga. namun bisa bertolak belakang dengan yang menjalani karena tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Tak bisa dipungkiri, meskipun masuk di tahun yang sama, waktu kelulusannya bisa menjadi berbeda-beda.

Ada banyak faktor yang mendasari seorang mahasiswa tidak menyelesaikan kuliahnya terpat waktu, tapi menurut saya faktor terbesar adalah rasa MALAS. Saya dan teman-teman juga pernah berada di titik itu, di mana masalah terberat hanyalah perkara skripsi yang terlalu banyak revisi, kalau menurut  NKSTHI "hadeeeh revisi kok teroooos", belum lagi jika dalam perjalanan menyelesaikan terdistraksi hal lain . Tak sedikit teman kami yang harus berhenti kuliah karena enggan menyelesaikan skripsi, ada yang tambah 1 semester, 2 semester, 3 semester hingga yang 9 tahun baru lulus. Seperti yang dialami teman kami, Mahdi yang baru saja wisuda Maret ini. Sekaligus keluar sebagai penghuni terakhir angkatan kami, Sastra Indonesia 2010 Universitas Airlangga. Alias yang paling akhir lulus. 


  
Akhirnya dengan segala upaya, teman kami satu ini lulus juga setelah 9 tahun mengenyam bangku kuliah. Meskipun begitu, cukup salut atas perjuangannya menyelesaikan skripsi di tengah kesempatan untuk tidak melanjutkan sangat terbuka lebar. Beberapa teman saya justru memilih jalan menyerah dan berhenti begitu saja , padahal hanya tinggal satu langkah lagi: skripsi

Dosen bimbingannya ialah Bu Adi, dosen pembimbing yang sama dengan saya 5 tahun yang lalu. Bu Adi, memang salah satu dosen favorit kelas sastra, ibuknya anak-anak kelas sastra yang selalu dekat dengan mahasiswanya. Beliau sangat berharap semua anak bimbingannya lulus dan tidak berhenti di tengah jalan.

Saya masih ingat betul, waktu itu saya pernah menghilang dari kehidupan kampus di awal semester 8  dan tidak menemui dosen bimbingan skripsi (karena memang waktu itu lagi rame-ramenya bisnis , maklum baru seneng-senengnya dapat banyak orderan,  dan nggak kepikiran ngerjain skripsi sama sekali).  H-3 bulan sebelum jadwal wisuda, Bu Adi SMS  saya dan bertanya kapan bimbingan. Karena beberapa teman yang dipegang dosen lain sudah menyelesaikan skripsinya.

Memang kebangetan , dosen bimbingan yang malah nyari anaknya! maafkan saya yang dulu, Bu.. Duh jadi kangen ibu . Akhirnya dengan segala kenekatan dan sistem kebut, berhasillah skripsi itu selesai dalam 3 bulan. Wkwkwk...  emang kalau kepepet ide bisa muncul sih. Untung aja dulu lulusnya cumlaude :P 

Kembali lagi, Teman saya ini meski sudah dicari dan waktu itu Bu Adi bolak-balik menanyakan pada saya dan Dilo- teman sebimbingan juga-, ia tak kunjung menampakkan batang hidungnya untuk bimbingan bersama. 



selamat wis uda(h))


"gimana rasanya lulus setelah 9 tahun kuliah?" tanya kami kepada Mahdi 
"isin. diceluk pertama dewe pisan" (malu, dipanggil pertama kali tadi) 
kontan kami tertawa dengan jawaban tersebut. 

adek-adek yang masih kuliah, jangan ditiru ya. Segera selesaikan skripsi biar nggak buang-buang banyak waktu. 

Merayakan Wisuda, Merayakan kehilangan


Saya melihat kegembiraan banyak mata hari ini, mengingatkan akan momen yang sama beberapa tahun lalu. Momen terakhir sebelum terjun ke masyarakat yang sebenarnya. Menjadi seutuhnya manusia dewasa di mana beban-beban kehidupan semakin bertambah.`

banyak balon membumbung, boneka-boneka wisuda terpampang di sepanjang trotoar hingga stand penjualan souvenir. lalu lalang ribuan orang membawa berbagai macam buket bunga maupun snack. raut-raut bahagia terpancar. 

Jelas setelah momen wisuda, semua akan memulai kehidupan masing-masing. Tidak ada lagi kegiatan pulang pergi kampus, yang ada hanya kegiatan mencari pekerjaan. Tidak ada lagi teman-teman yang banyak menemani, satu persatu akan meraih mimpi masing-masing setelah wisuda. ada yang kembali ke kampung halaman untuk membangun daerahnya, ada yang melanjutkan studi lebih lanjut, ada yang merantau ke daerah lain. 

Semakin lama, teman akan mulai pergi, hanya beberapa yang terbaik yang akan tetap tinggal. Jangan khawatir, itu semua merupakan bagian dari seleksi kehidupan. Karena dalam perjalanan hidup kita akan dipertemukan dengan banyak manusia yang datang dan pergi silih berganti dan tentunya membawa cerita dan pelajaran tersendiri. 

Selamat wisudah. selamat merayakan kehilangan :) 


Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

Post a Comment