Memaknai Lebaran: Yang dibutuhkan Orangtua hanyalah Kehadiran anaknya

Allahuakbar.. Allahuakbar..Allahuakbar 
Laa ilaa haillallahuallahuakbar
Alllahuakbar walillahilham..

Gema takbir berkumandang selepas maghrib di penghujung ramadhan. Pertanda bulan puasa telah berakhir, berganti dengan  bulan Syawal. Tepat 1 Syawal merupakan hari yang disebut orang sebagai hari kemenangan. Menang dari apa? Sudahkah kita menang? Menang melawan diri sendiri, menang melawan ego dan hawa nafsu.

Ada yang bergegas pulang untuk pulang ke kampung halaman, ada yang masih harus bekerja karena tuntutan pekerjaan. Semua tergantung pada pilihan masing-masing.

Dalam keluarga saya, sejak kecil ibu dan bapak selalu merayakan hari raya di kampung halaman. Beliau berdua selalu mengedepankan orangtua. Bagaimanapun kondisinya, pulang ke  kampung halaman adalah kewajiban. Bertemu satu-satunya ibu (nenek saya) yang semakin sepuh. Karena sejatinya yang dibutuhkan oleh beliau bukan kiriman uang dari anak-anaknya, tetapi lebih pada kehadiran. Kehadiran anak-anak yang merantau di luar kota.

Bapak anak ketiga dari 9 bersaudara (sebenarnya 13, tapi sudah tiada 4). Bapak, dan satu lagi adiknya merantau di Surabaya, yang tinggal di Kediri ada 3, Nganjuk 1 orang, Jakarta 2 orang, Bali 1 orang. Untuk tante dan om yang di Jakarta dan Bali jarang pulang. Oleh karena itu, bapak selalu pulang karena jarak Kediri - Surabaya bukanlah jarak jauh yang tidak bisa ditempuh.

Mbah yang semakin sepuh, kadang rindu kehadiran utuh semua anak-anaknya saat lebaran tiba. Tapi momen itu hampir tidak pernah terjadi. Entah kapan semua bisa berkumpul secara penuh. 

Selamat merayakan Idulfitri
Taqobbalallallahuminna waminkum 
Minal aidzin walfaidzin 
Mohon maaf lahir dan batin 



Salam sayang, 
Rieagustina (yang belum berkeluarga) 
Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

Post a Comment