World Mental Health Day: Tentang Keinginan Bunuh diri dan Pertahanan diri



“terkadang, orang yang terlihat paling baik-baik saja  dan menyenangkan bagi orang lain, justru adalah orang yang paling perlu ditolong”
Penayangan film Joker di awal bulan ini setidaknya membuat banyak orang jadi berlomba-lomba membicarakan kesehatan mental. Pemutaran film tersebut rasanya tepat sebagai upaya menyadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan mental baik diri sendiri maupun orang lain. Dan hari ini, tepat tanggal 10 Oktober merupakan hari  Kesehatan Mental Sedunia. Berbagai ajakan untuk lebih peduli pada kesehatan mental mewarnai linimasa.
Kesehatan mental merupakan isu psikologis yang masih kurang mendapat perhatian. Padahal setiap harinya di dunia ada banyak nyawa melayang karena tindakan bunuh dini karena kesehatan mental. Kesehatan mental ditandai dengan perubahan pada kepribadian manusia.

 Dinamika Kepribadian manusia                                                                                                           

Dulu semasa kuliah, saya belajar sedikit tentang teori kepribadian dalam dunia psikologi , setidaknya ada dua tokoh yang membicarakan dinamika kepribadian yaitu sigmun Freud dan Abraham Maslow.
Abraham Maslow. Seorang psikolog berasumsi bahwa manusia sejatinya adalah makhluk yang baik, berupaya mengekpresikan diri dalam hidupnya, namun kerap kali terhambat uoleh penolakan dari lingkungan di sekitarnya kondisi semacam ini kemudian membuat sesorang mengalami masalah kejiwaan.

Anxiety (gangguan Kecemasan)
Gangguan kecemasan (anxiety muncul  karena keadaan lingkunan yang mengancam kenyamanan. Biasanya kecemasan muncul bersamaan dengan rasa takut dan tidak aman akan sesuatu. Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah hasil dari pertentangan antara Id , ego dan super ego yang bersebrangan dengan hal yang berlaku di masyarakat.
Misal: seorang anak yang tidak setuju atas sikap orangtuanya karena sering dimarahi dan disalahkan, tetapi tidak berani melawan karena takut dicap sebagai anak durhaka. Anak tersebut merasa cemas saat marah kepada orang tuanya. Kecemasan tersebut dianggap tanda bahaya oleh si anak.  
Mekanisme Pertahanan
Pola kepribadian yang berubah, terutama setelah munculnya kecemasan berlebih akan ditandai sebagai tanda bahaya. Oleh karenanya, para pelaku ini akan melakukan mekanisme pertahan diri
Pertahanan diri memiliki banyak bentuk. Salah satunya adalah denial of reality (peolakan terhadap realitas) – yang paling kentara biasanya adalah orang yang mengaku bahwa dirinya baik-baik saja, padahal ia sedang tidak baik-baik saja
Hal paling bahaya dari sebuah pertahanan adalah memendamnya sendiri karena takut untuk bercerita pada orang lain dan  menganggap memendam perasaan adalah pentuk pertahanan terbaik dalam dirinya.
Neng njobo tegar, neng njero ambyar ….
Naluri Kematian dan Keinginan Mati
Perilaku manusia dilandasi oleh dua naluri yaitu naluri kehidupan (life instincts – Eros) yang berkaitan dengan keinginan tumbuh dan naluri kematian (death instinct – Thanatos) yang mengacu pada tindakan deksdruktif. Naluri kematian inilah yang memicu munculnya keinginan manusia untuk mati. Keinginan untuk bunuh diri (self-desdructive behavior) atau terkadang hanya tindakan agresif/menyerang orang lain.  
Keinginan untuk mati biasanya timbul karena kebebasan seseorang yang terenggut, tertekan yang berkepanjangan dengan harapan ingin segera terlepas dari beban hidup yang berkepanjangan.

Bercerita dan Mendengar: Mari lebih peka terhadap lingkungan sekitar

"semakin dewasa, semain kamu akan berteman dengan kesepian"
Di era yang lebih banyak menatap layar smartphone ketimbang bertatap muka,  ada hal-hal yang semakin berkurang dalam kehidupan bermasyrakat, yaitu bercerita dan mendengar secara langsung face to face. Hal ini saya rasakan sendiri, semakin orang menatap layar ponselnya, semakin orang tersebut hilang kepekaan pada dunia sekitarnya. Sibuk dengan dunia baru yang ia ciptakan sendiri tanpa sadar teman terdekatnya ingin mati.
Sebagian besar orang di dunia  (termasuk saya) pasti pernah satu dua kali mengetik di laman pencarian tentang  “gejala depresi” “gejala penyakit mental” dan kalimat-kalimat serupa yang  tidak pernah diceritakan pada orang lain.
Dulu saya tidak banyak memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental . Sampai suatu ketika di waktu yang bersamaan  berada pada  titik terndah dalam hidup saya. Merasa dikecewakan, terluka, kehilangan, patah hati semua hal yang dilakukan selalu disalahkan dan diremehkan, hingga yang paling buruk adalah kesepian. Saya selalu mengabaikan dan menumpuknya dalam diri. 
Pernah satu hari, saat merasa masalah datang bertubi-tubi, berfikir “lebih baik mati saja kali ya, toh nggak ada yang peduli” . Kala itu dada saya sampai sesak beberapa saat. Sering, nggak Cuma sekali. Merasa dunia benar-benar tidak berpihak dengan saya. iya, saya juga pernah ada di titik sehancur itu. Tak jarang juga yang bilang hidup saya enak, nggak terbebani kerjaan kantor. Mungkin akan banyak yang mengira bahwa hidup saya baik-baik saja. Suka ke sana-kemari sendiri, suka jalan-jalan,Nyatanya tidak
Kala itu, saya TERBIASA memendam semuanya SENDIRI karena bukan orang yang dengan mudah cerita ke orang lain, semua saya pendam sendiri. Pernah ketika ingin bercerita pada sesorang , belum sampai menyelesaikan bagian cerita , lawan bicara dengan seenaknya memotong dan mengatakan masalah saya belum sebanding dengan yang dia alami.
Padahal, saat itu yang butuhkan hanya bercerita dan didengar.
Dan ternyata setelah saya meluapkan emosi saya pada dua sahabata saya yang mau mendengar tanpa mehakimi, , ada sedikit kelegaan. Sebagian beban seolah lepas. akhirnya sadar, saya memang butuh bercerita dan didengar.
Cobalah bercerita pada orang yang dirasa tepat dan  mendengar lebih banyak bila ada yang bercerita. Karena tidak semua orang berani bercerita apa yang sedang dihadapinya. Dengan lebih banyak mendengar, kita juga bisa lebih peka pada lingkunan sekitar. Serta turut mencegah tidakan bunuh diri.
 Ada yang pernah mengalami hal serupa? Boleh ya dishare di kolom komentar.
-love yourself, accept yourself, forgive yourself,  and good to yourself-

Jangan gegabah melabeli diri sendiri dan orang lain menderita penyakit mental


 Sama seperti yang sempat saya tuliskan dalam ulasan film Joker, jangan dengan mudah melabeli diri, isu kesehatan mental bukan hal main-main. Ada kalanya kita perlu memberanikan diri datang ke yang lebih ahli untuk mendapatkan konsultasi dan penanganan –meski sampai tulisan ini ditulis, saya belum cukup berani untuk datang ke psikolog. Agaknya, lain kali akan saya coba beranikan diri-- .
Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia, setidaknya mari jujur terhadap diri sendiri jika sedang tidak baik-baik saja. Its okay not to be okay . Kalian nggak sendiri. Ada banyak orang diluar sana yang juga sama-sama berjuang demi mental yang lebih sehat. Mari sama-sama berjuang utnuk hidup dengan mental yang sehat.  
Teman-teman yang membaca tulisan ini, adakah yang memiliki pengalaman dengan kesehatan mental? Adakah yang mau berbagi cerita di kolom komentar biar bisa saya baca.  Setidaknya kita bisa saling mengingatkan bahwa kita tidak sendirian.

Pesan Untuk diri sendiri:  ingat, kamu tidak bisa menyenangkan banyak orang karena kamu bukan badut.  

Bahan Rujukan: Teori Kepribadian Humanistik Abraham Maslow dan Teori Kepribadian Sigmun Freud

Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

Post a Comment