Susur Kampung Bersama Pendidik Panca­­sila: Mengenal lebih dekat Kehidupan Warga Eks-Lokalisasi Dolly




Susur Kampung Bersama Pendidik Pancasila - Mendengar kata Dolly, Jarak atau Putat Jaya bagi warga Surabaya pasti langsung teringat pada kawasan lokalisasi terbesar di Surabaya, bahkan mungkin Asia.  Pada masa itu ratusan diskotik, karaoke, panti pijat, wisma yang selalu dikonotasikan dalam sebutan akuarium setiap harinya padat aktivitas prostistusi. Tempat tersebut pernah menjadi penghasil pundi-pundi puluhan juta setiap malamnya.

Hampir 6 tahun berlalu pascapenutupannya di tahun 2014, nama “Dolly” tidak dapat dilepaskan dari bagian sejarah Kota Surabaya. Penutupan yang dilakukan Walikota Surabaya yang sangat kontroversial menjadi pemberitaan media seluruh Indonesia  tersebut membawa dampak pada  banyak aspek baik sosial, ekonomi, bahkan psikologis masyarakat sekitarnya. Kini mereka berbenah, geliat ekonomi di kampung-kampung tersebut tumbuh dengan semangat dan harapan baru yang jauh lebih sehat 



Mengenal Lebih dekat, mengenal keragaman dan belajar bersama Warga Eks-lokalisasi Dolly 

Pada Sabtu (29/2), rombongan Pendidik Pancasila yang berasal dari AGSI (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia) region Jatim,Penggiat kampung, komunitas dan jejaring  menyusuri gang demi gang di perkampungan Putat jaya dalam kegiatan “Susur Kampung Pendidik Pancasila: Ruang Pertemuan Antara Pendidik Pancasila, Penggiat Kampung, Komunitas dan Jejaring”

Saya merasa beruntung bisa jadi bagian dari kegiatan ini. Sudah lama ingin melihat lebih dekat  kehidupan warga di kampung Dolly pascapenutupan lokalisasi. 

Menyusuri jalan di gang kecil kawasan Putat Jaya, sesekali kami menyapa dan nuwun sewu (permisi) kepada ibu-ibu yang sedang asyik pijet-pijetan bersama suaminya di depan rumah, atau warga yang asyik petan (mencari uban). Melihat kehidupan kampung , kita tentu saja melihat keanekaragaman interaksi sosial di dalamnya.

Sebungkus Bothok Telor Asin Penyambung Hidup Warga 

 

Perjalanan kami berhenti di sebuah tempat bertuliskan Sentra Telur Asin. Rupanya tempat tersebut menjadi tempat pengolahan produk telur asin. Bungkusan daun pisang yang disuguhkan menyita perhatian saya. Sebungkus daun pisang berisi Bothok Telur asin yang kini menjadi sumber penghasilan Pak Nirwono, Ketua RT sekaligus pengurus UKM Pujaa yang ia kelola bersama warga kampung Putat Jaya. 

Botok telur asin diproduksi oleh istri Pak Nirwono beserta warga sekitar, ada pula olahan Susu dan Yogurt yang dikelola di tempat tersebut. Saat ini sudah bekerjasama dengan beberapa hotel dan restoran di Surabaya serta sering mendapat pesanan untuk acara kedinasan. Sebungkus Bothok telur asin dibanderol seharga 8000. 

Begitu lidah saya  mencicipi Bothok Telur Asin, rasanya  mantap alias enak. Huhuhu.. Pengen nambah tapi perut sudah kenyang. Perpaduan kelapa, bumbu dan gurihnya telur asin menyatu di lidah. Maknyus lah...




Bapak-bapak Pendidik Pancasila juga antusias bertanya pada Pak Nirwono terkait kehidupan dulunya saat aktivitas prostitusi masih berlangsung. 

“Bagaimana perasaan bapak sejak lokalisasi ditutup?”

“kalau sekarang ya, jauh lebih tenang, Pak,buk. Dulu di sini ini ramai sekali, bagaimana tidak ramai, kanan kiri suara musiknya keras sekali. Suasana  nggak kondusif.  Anak-anak nggak ada yang melakukan ibadah. Sekarang? Anak-anak memiliki kesadaran, waktunya ngaji ya ngaji. Malah tanpa disuruh” ucap Pak Nirwono dengan mata berkaca-kaca.

Namun tak bisa dipungkiri, penutupan lokalisasi dolly membuat perekonomian warga di sekitar jatuh sejatuhnya (kalo bahasa jawa tibo nyungsep sak ndlosor-ndlosore). Dulu dalam satu malam, Pak Nirwono bisa menghasilkan ratusan ribu hingga jutaan. Kini Ia bersama  warganya yang dulunya menggantunkan hidup dari bisnis anu.., masih berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan mengembangkan UMKM di kampungnya. 

Saat ini UMKM yang disebut Kampung Kreatif Dolly, memiliki 23 anggota UKM yang beragam mulai jahit, batik, tas, sandal, makanan dan minuman. Beberapa produk dari Kampung UMKM kreatif yang saya ketahui ini ada Tempe Bang Jarwo dan Keripik Samijali (Samiler Jarak-Dolly) 

Untuk Batiknya sendiri, Kampung Kreatif Dolly memiliki Rumah Batik Putat Jaya yang berada di bawah pembinaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) kota Surabaya. 


Batik Karya Rumah Batik Putat Jaya 

Kami juga sempat belajar membatik di Rumah Kreatif. Batik yang dikembangkan di sini lebih banyak batik lukis. hal ini berbeda saat saya belajar batik cap di Museum Batik Pekalongan beberapa waktu lalu. Yang menarik adalah, kami bertemu dengan pembatik yang dulunya merupakan pramuria/kupu-kupu malam. Kehidupan kelam telah lama beliau tinggalkan dan ingin mengisi hari tuanya dengan menebar manfaat dan kebaikan. 



Belajar membatik 

Menanamkan semangat Gotong Royong melalui Alat Musik Angklung 


Siapa sangka, di tengah citra tentang Kampung Dolly yang masih saja terkesan negatif karena merupakan bekas  kawasan lokalisasi, terdapat harapan baru  melalui generasi  muda. Iya, Sebuah pesantren berdiri di tengah kampung jauh sebelum penutupan lokalisasi.  Pesantren Jauharotul Hikmah atau yang biasa disebut Pesantren Jeha terletak di Putat Jaya 4A berdiri di tahun 2008. 

Menanamkan nilai ketuhanan pada masyarakat  dimulai sejak dini, anak-anak yang dulunya hidup di lingkungan lokalisasi harus mendapat pendampingan demi kebaikan di masa depan. Salah satu santri di pesantren ini menuturkan, beberapa murid dulunya bekas perokok, peminum meski usia mereka masih kecil. 


Setelah sedikit berbagi cerita, para pendidik pancasila mengajarkan permainan angklung kepada adik-adik dan pengurus pesantren Jeha.

Pak Hanafi, selaku pengajar angklung asal Malang menuturkan, "Dalam belajar Angklung, kita tidak hanya menggoyangkan angklung agar berbunyi saja, tetapi belajar angklung melatih konsentrasi dan keselarasan , juga mengedepankan semangat Gotong Royong membentuk satu kesatuan utuh. Setiap angklung yang dipegang  memiliki interval nada yang berbeda, disitulah letak Gotong royong yang harus dibangun oleh setiap pemegang musik angklung agar menghasilkan satu lagu yang utuh.

Sore itu senyum dan tawa membuncah saat adik-adik dan pengurus pesantren belajar menyesuaikan irama dengan  tiap angklung yang mereka pegang. Rona bahagia muncul saat mereka berhasil menyelesaikan satu lagu penuh “Tanah Airku”.

Berbagi untuk menjadi lebih kaya 

Sebelum kegiatan Susur Kampung, Ibu Irene Camelyn Sinaga, Direktur Kebudayaan BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) , memberikan pembekalan kepada peserta Susur Kampung Pendidik Pancasila.

Turut hadir pula  JJ Rizal, penulis yang juga dikenal sebagai sejarawan mengenalkan konsep berbagi. Kini, ruang berkembangnya ilmu tidak cukup di sekolah saja. Ruang pengetahuan bisa tumbuh di mana saja termasuk ruang-ruang diskusi publik.

Beliau juga mengatakan, tumbuhnya komunitas saling berbagi di kota-kota besar sangat memungkinkan untuk belajar sejarah dan berbagai ilmu lainnya. Kemudian pengetahuan yang diperoleh dapat dipindahkan ke media lain yang lebih cepat diserap langsung oleh masyarakat lebih luas .
JJ Rizal  berkata, “Berbagi adalah konsep memperkaya diri. Dengan berbagi ilmu, kita juga bisa mendapatkan pengetahuan baru”


Di era informasi yang serba cepat ini “konten is the king” (konten adalah raja) , menulis bisa menjadi alternatif  untuk membagikan segala jenis ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi sesama.

Dengan tumbuh bersama komunitas kita turut serta menumbuhkan sikap toleransi,tenggang rasa dan musyawarah yang tidak lepas dari nilai-nilai pancasila.  Belajar  mengamalkan nilai Pancasila juga lebih mudah jika langsung terjun ke masyarakat.

Mengamalkan nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

Foto Bersama Ibu Irene (BPIP), Pak Nirwono, Komunitas Sobo Dolly, dan Blogger Surabaya 
Sebagai warga yang hidup dengan nilai-nilai leluhur, hidup bermasyarakat memang lebih mulia jika saling tolong-menolong, tidak membeda-bedakan masyarakat. Misalnya saja melihat kehidupan warga di sekitar Dolly yang (nuwun sewu) ada yang dulunya bekerja sebagai penjaja seks, mucikari, pemilik wisma/panti pijat, dan  satpam wisma tidak serta meta menjadikan mereka terlepas dari pandangan buruk. 

Ancaman dari pihak-pihak luar untuk kembali membuka kawasan lokalisasi masih saja diterima. Namun Pak Nirwono terus berjuang agar seluruh warganya tidak kembali pada masa-masa kelam tersebut meski paham betul berapa banyak pundi-pundi rupiah yang bisa dihasilkan.

Dari Dolly, saya mendapatkan banyak pelajaran hidup yang berharga, tentang perjuangan, tentang semangat baru, tentang kerasnya kehidupan yang melatarbelakamgi banyak orang datang ke Dolly pada masa-masa kelam tersebut. 

Tugas sebagai pendidik, Penggiat kampung, Komunitas di luar lingkungan kawasan tersebut adalah dengan memberikan pandangan baru kepada masyarakat yang lebih luas bahwa semua elemen masyarakat harus besinergi menghilangkan kesan buruk terhadap warga kampung Dolly. Merangkul bahwa kita semua sama-sama manusia di mata Tuhan, sama-sama berbenah kearah lebih baik. Terutama pada generasi muda yang sejak kecil hidup di lingkungan tak kondusif. Tidak membedakan-bedakan seperti tercermin dalam Pancasila sila ke-3 Persatuan Indonesia 

Untuk itu kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya turut mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan menghormati budaya bangsa, menjaga toleransi terhadap sesama, mementingkan kepentingan bersama. Menghormati perbedaan, tolong menolong dan menghargai segala perubahan positif meski sekecil apapun itu.  Dengan menanamkan nilai-nilai budaya dan pancasila, sejak dini, kita turut membantu lahirnya generasi penerus yang lebih berkualitas.


Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

6 comments

  1. Kapan2 pengen beli botok telor asinnya. Enak kayake ini😁 trus itu batik2nya bagus juga ya. Keren🥰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, hasil karya orang-orang di sana cukup kreatif dan mulai dikenal masyarakat luas.

      Delete
  2. Dr jaman masih kuliah q pengen banget main ke dolly, nggak tau kenapa pengin ngrasain suasana di sana, siapa tahu ada cerita yg bisa dibagi sama mbak2. Kaya pas main ke sarkem. Hhh
    Btw pengen nyobain botoknya jugaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pas ke sana bisa dapat banyak cerita. Sebenarnya masih banyak cerita yang belum ditulis. Mungkin akan ada tulisan lanjutan. Hehe

      Delete
  3. Dari menginjakkan kaki pertama di Surabaya sampai hengkang dari sana, belum keturutan main ke Dolly huhuhu.

    Terima kasih sduah berbagi cerita keseruan di sana, Mbak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga lain kali ada kesempatan main ke Dolly,ya! Menyelami banyak cerita di sana yang cukup luas untuk diceritakan.

      Delete

Post a Comment