mendidik Anak Yang Beranjak Remaja

1 comment
Menjadi remaja dengan segala perubahannya. Sewaktu Ning Bloger Surabaya mengusulkan tema ini saya rada mikir, berat. Belum punya pengalaman yang beginian. Tapi saya ingat, sewaktu saya remaja, saya tumbuh dengan emosi yang meledak-ledak (sampai sekarang sih).. Tumbuh tanpa bisa menyalurkan emosi dengan baik. 

Saya memang belum menjadi orang tua yang mengalami bagaimana rasanya mendidik anak remaja. Tapi tadi pagi saya membaca tulisan tentang mendidik anak remaja. 
Masa Remaja, masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Saya masih ingat di masa-masa ini, masa SMP menuju SMA, ketertarikan terhadap lawan jenis lebih meningkat.

Gimana Sih Parentingin Anak Remaja 
Pagi tadi saya membaca tulisan mbak Nana Padmosusastro (sudah saya bagikan juga di beranda Facebook) tentang pengalaman beliau terhadap anak remajanya. 

Tulisan Dari Nama DI Facebook tadi menggugah keinginan saya untuk menceritakan kembali, bagaimana anak gadisnya mulai beranjak dewasa, mulai susah diatur, berani melawan dan emosi meledak-ledakan. 

Yang menarik dari cara parentingnya, beliau membiarkan anaknya melakukan segalanya sendiri. Ini semacam tega-tegaan gitu. 
Ada poin menarik yang ditulis: 
1. Susunan hormon remaja sangat memengaruhi cara berpikirnya. Seperti rumah yang sedang direnovasi, keadaannya berantakan. Antara sudah pintar, tapi juga kacau oleh imajinasi, kreativitas dan prasangka 
2. Kebutuhan untuk mandiri di usia remaja sangat besar. Mereka alergi untuk dikasih tau, mereka nggak suka diingatkan. Mereka benci di suruh-suruh 

Nah dari sinilah peran orang tua sangat penting dalam memahami perasaan dan keinginan anak, dan menyikapi dengan cara yang tepat. 

Hal yang sebaiknya dilakukan ketika anak remaja membatah perkataan orang tua
1. Tunggu sampai amarah reda 
Menghadapi anak remaja yang suka marah, melawan, membantah adalah dengan tidak membalasnya dengan bentakan juga. Anak yang sudah remaja biasanya merasa dirinya sudah dewasa, tidak perlu dimarahin terus-terusan 
2. Ajak berbicara dari hati ke hati 
Ajak anak berbicara dari hati ke hati. Biasanya anak butuh didengar, butuh obrolan untuk menyampaikan keluh kesah dan unek-uneknya. Berbicara dari hati ke hati, mendengarkan unek-uneknya tanpa menghakimi adalah cara untuk memberikan hak berpendapat kepada anak. 
3. Ikuti kemauanny dengan cara mempercayai anak sepenuhnya 
Di usia beranjak remaja, rasa ingin tahu anak biasanya lebih besar, yang paling penting adalah mempercayai anak tetapi masih tetap dalam pengawasan. Anak akan belajar untuk tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. 
4. Tidak kasar dan memaksakan kehendak 
Kenapa anak sering membantah? Kenapa anak sering malas menghadapi orang tua? Terkadang, beberapa orang tua bersikap kasar terhadap anak, suka memaksakan kehendak, suka sak det sak nyet alias bersikap otoriter.

Sebagai seorang anak, saya pernah merasakan gagal, karena ibuk termasuk orang kolot yang keras kepalanya mengalah saya. Tidak pernah berkesempatan untuk menyuarakan apa yang menjadi kemauan saya. Jadinya keras kepala saya nurun dari beliau. Tapi kelak jika saya diberi amanah untuk memiliki anak, saya ingin memberi kesempatan untuknya bercerita, mengkritik kekurangan saya, menjadikannya teman betkeluh kesah. 

Ya Allah, ngayal punya anak. Lha jodoh aja belum tau. Wkwkw

Tulisan ini diikutsertakan dalam Nulis Blog Bareng Ning Bloger Surabaya edisi Agustus 2020
Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 comment

  1. masa remaja ini tricky memang ya mbak, berkaca sendiri dari pengalaman kita, yang maunya dimengerti. Apalagi tentunya zaman kita, beda jauh dengan zamannya anak kita nanti. Bismillah kita selalu diberi kemudahan membimbing anak kita hingga ke jannahNya, aamiin

    ReplyDelete

Post a Comment