Mengenang Didi Kempot (1): Semesta Berduka, Labirin Masa Lalu dan Kepergian Didi Kempot

Ilustrasi Didi Kempot sumber: Twitter 

Ikhwal kehilangan, 2020 mengajarkan pada kita bahwa kematian hanyalah perpisahan dengan jasad, namun karya, kebaikan dan kenangannya akan tetap abadi. 

Semesta Berduka, Labirin Masa Lalu dan Kepergian Didi Kempot  

Pagi itu 05 Mei 2020, kabar kematian itu sungguh mengguncang diri saya dan rakyat Indonesia tentunya. Sepulang dari pasar dan mengecek notifikasi di layar dari sebuah akun Twitter yang saya ikuti, "Didi Kempot Meninggal Dunia", begitulah headlineberita mengabarkan. Sontak saya kaget, buru-buru mencari pembenaran. Sosok idola bapak dan saya sedari kecil telah berpulang pada pagi itu. 

Sore kemarin, seperti ritual-ritual di hari sebelumnnya lagu-lagu pakdhe Didi kempot menemani aktivitas saya bekerja. Ketika dunia sedang bising-bisingya, lagu Campursari lawas milik Pakdhe Didi Kempot mampu menjadi teman yang baik bagi saya. 

Labirin Masa Lalu: Didi Kempot dalam Tumpukan Kaset Bajakan 

Bukan barang satu-dua tahun belakangan (semenjak tenar kembali) saya mengenal lagu-lagu Didi Kempot. Sudah lebih dari duapuluh tahun lagu-lagu pakde Didi Kempot mengakrabi hari-hari saya. Menjadi pengantar tidur, penyemangat saat jatuh cinta, menjadi teman saat patah hati. 

Adalah bapak yang memperkenalkan lagu-lagu tersebut pada saya. Dulu, sepulang kerja, di Era kaset Tape dan VCD adalah hiburan yang paling meriah, bapak pulang kerja dengan membawa beberapa kaset-yang tentu saja adalah kaset bajakan- yang beliau beli di emper-emper toko atau pinggir jalan. 

Tentu, mengenal lagu-lagu Didi kempot dalam kaset bajakan adalah hal yang salah namun dianggap lumrah bagi kalangan menengah ke bawah di kala itu virus.

Saat stasiun-stasiun televisi masih sibuk menyayangkan Angling Dharma, Misteri Gunung Merapi, Tersanjung dan Sebagainya, Radio-radio dan Kaset-kaset bajakan mengudarakan nama beliau hingga ke pelosok. 

Beralih ke masa yang sedikit modern, lagu-lagu beliau tersebar dalam bentuk MP3 gratisan - yang tentu lagi-lagi ilegal- ah, saya malu. Saya hanya salah satu penggemar bermodal gratisan. 

Masa di mana tidak ada istilah Sobat Ambyar, The Godfather of brokenheart lagu-lagu Didi kempot mengudara sampai ke pelosok desa kecil. 

Pakdhe dan lagu-lagunya adalah sebuah kejujuran dari sebuah perasaan yang hampir pernah kita semua rasakan. Liriknya dekat dengan kita, mengakrabi patah hati, Rindu, cinta terhalang perbedaan, hingga ditinggal pergi. 

Kepergian Didi Kempot 

Langit muram pagi itu mengiringi kepergian beliau, salah satu putra terbaik Indonesia dalam kesenian telah Menghadap Sang Pencipta, menyusul kakak dan saudara-saudaranya. 

Namun kebaikannya dan karya-karya terbaiknya tetap akan tersimpan di hati para penggemarnya dan akan terus mengudara. 

Maturnuwun Pakdhe, selamat Jalan.

Bersambung Part 2 : 

Semiotika  dalam lagu-lagu terbaik Didi kempot 



Rie agustina
Selain Suka Pantai, aku juga suka kamu :) Kunjungi Tulisan saya lainnya di Jurnalrieagustina.com

Related Posts

2 comments

  1. Replies
    1. Dari kecil ditemaniSewu Kutho, Stasiun Balapan, Tanjung Mas Ninggal Janji..
      Sampe sekarang lagu Ambyar, Tatu..

      Delete

Post a Comment